Pangkalan Koto Baru Maso Saisuak


“Penduduk Pangkallan mengaku sebagai keturunan Overland (dataran tinggi), kebanyakan dari Preangan-Padang Pandjang, Limapeoloe Kotta juga, dan ada beberapa keluarga yang nenek moyangnya berasal dari Kamboja dan Makassar.”

Demikian salah satu cuplikan paragraf dalam majalah kuno era Hindia Belanda yang mengulas tentang Pangkalan VI Koto di masa itu.

Diterjemahkan dari ebook pdf berjudul Tijdschrift voor Indische taal-, Land- en Volkenkunde XXIV, majalah Hindia Belanda terbitan tahun 1877. Saya mengutip dari halaman 356 di buku tersebut yang membahas tentang Pangkalan VI Koto.

Ebook ini diterjemahkan secara sederhana dari bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia memakai google translate. Ejaan-ejaan lama masih dicantumkan sebagaimana mestinya.

Foto dan gambar yang ditampilkan dalam ebook terjemahan ini merupakan hasil eksplorasi dari digital library Tropenmusem KITLV Leiden Belanda.

Mudah-mudahan nanti ada kesempatan untuk memperbaharui edisi terjemahan ebook ini menjadi lebih sempurna.

Silahkan download ebook ‘Pangkalan Koto Baru Maso Saisuak’ di tautan berikut ini,

Judul ebook: Pangkalan Koto Baru Maso Saisuak
File tipe: pdf
Penerjemah: Abdul Hamdi Mustapa, S.Pd
Judul Asli: Tijdschrift voor Indische taal-, Land- en Volkenkunde Deel XXIV

Download

Gloegoer VI Kota: Kapur IX – Sei Lolo – Mapat Tunggul [Maso Saisuak]


Sulit menemukan arsip Hindia Belanda terkait daerah Kapur IX yang saat ini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Limapuluh Koto.

Otak-atik menelusuri laman digital collections Universitas Leiden – Belanda, akhirnya saya menemukan informasi zaman saisuak daerah ini dengan keyword ‘Gloegoer’.

Gloegoer = Glugur = Galugua, sebuah nagari di pedalaman Kapur IX.

Saya semakin penasaran karena pembahasan ini juga mencakup wilayah timur dan utara Kabupaten Pasaman, Muaro Sei Lolo dan Mapat Tunggul. Termasuk juga menyinggung Rokan Hulu.

Majalah ini berjudul TIJdschrift voor indische taal-, land-, en volkenkunde vol. xxvii , ‘Madjalah untuk ilmu bahasa, ilmu bumi dan kebudajaan Hindia volume 27’ terbitan tahun 1882.

Informasi dalam majalah ini nampaknya menceritakan perjalanan penulis ke daerah pedalaman Gloegoer VI Kota kemudian mengeksplorasi kebudayaan dan tatanan adat setempat; penghulu beserta kaumnya.

Mudah-mudahan ada waktu untuk menerjemahkan majalah kuno hindia belanda ini seperti ebook pdf sebelumnya ‘Pangkalan Maso Saisuak’

DOWNLOAD PDF

Pangkalan Setelah Kelok Sembilan


Mengutip kembali tulisan Bapak H. Fachrul Rasyid tentang wacana pembangunan wilayah kecamatan Pangkalan Koto Baru setelah rampungnya proyek fly over Kelok Sembilan. Dalam tulisannya, pemerintahan Limapuluh Kota telah memprioritaskan Pangkalan Koto Baru beberapa tahun kedepan sebagai kota perdagangan dan wisata.

Menilik sejarah dua abad silam ketika Pangkalan Koto Baru menjadi pelabuhan utama bagian timur Minangkabau. Sebagai daerah pelabuhan, profesi masyarakat Pangkalan berperan dalam bidang distribusi hasil alam dari pedalamaan Minangkabau hingga ke bibir Selat Malaka. Hingga hari ini profesi tersebut menjadi mata pencaharian masyarakat Pangkalan pada umumnya. Jika zaman dahulu transportasi melalui sungai Batang Mahat menggunakan perahu kajang untuk mengangkut hasil alam, maka zaman sekarang -ketika transportasi berubah melalui jalur darat- masyarakat Pangkalan masih dengan perannya dalam distribusi barang /hasil alam yang telah bertranstormasi menggunakan truk.

Pangkalan Setelah Kelok Sembilan
Teras Utama Padang Ekspres Selasa 21 Mei 2013
Oleh Fachrul Rasyid HF
[sumber]

Sedikit hari lagi ply over alias jembatan layang Kelok Sembilan (K-9) akan rampung. Rencananya bulan Agustus 2013 ini akan diresmikan. Lantas apa yang bisa diraih Pangkalan Kotobaru?

Pertanyaan ini perlu dijawab pejabat, pemuka, dan para ninik mamak di Pangkalan, mengingat dulu sejak akhir abad 18 hingga awal abad 20 Pangkalan adalah pelabuhan terbesar di timur Minangkabau ke Selat Malaka. Setiap mau memasuki bulan Ramadhan, sesuai kesapakatan ninik mamak dan ulama, kapal-kapal milik pengusaha dilabuhkan di Pangkalan. Saat itu anak kemanakan boleh naik dan berlayar di sepanjang batang Mahat. Dari situ kemudian lahir tradisi perayaan “Patang Balimau”

Belanda berusaha menguasai Pangkalan karena mengalahkan Pelabuhan Muara Padang. Untuk itu Belanda mencoba masuk melalui Kuala Kampar menesuri Batang Kampar, dan masuk ke Batang Bahan menuju Pangkalan. Tapi karena sungainya deras dan berhutan lebat, upaya itu sia-sia. Pada 1932 Belanda memutuskan membuka jalan dari Payakumbuh, Sarilamak, ke Pangkalan. Salah satu ruasnya adalah K-9. Lalu, mengerahkan pekerja pasa, jalan diteruskan ke Bangkinang, Danau Bingkuang, Taratak Buluh hingga ke Logas.

Sejak terbuka jalan darat ke Riau, perlahan pelabuhan Pangkalan jadi sepi. Para pengusaha kapal Pangkalan akhirnya beralih jadi pengusaha angkutan darat sehingga Pangkalan terkenal sebagai nagari pengusaha angkutan di Sumbar-Riau. Angkutan penumpang milik pengusaha Pangkalan yang amat terkenal adalah bus Gagak Hitam, Sinar Riau dan Bunga Setangkai.

Sejak 15 tahun belakangan setelah angkutan bus makin terjepit, pengusaha Pangkalan berkosentrasi penuh pada angkutan truk/barang. Dan, ketentuan memautkan kapal tiap memasuki Ramadhan beralih ke truk. Itu sebabnya, di hari-hari Patang Balimau semua truk milik orang Pangkalan yang beroperasi di berbagai daerah, pada pulang kampung. Dan, jalan di sepanjang Pangkalan pun disesaki truk.

Kini, setelah pembangunan K-9 generasi kedua (jembatan layang) rampung, apakah potensi ekonomi dan posisi strategis Pangkalan akan mengalami kemunduran seperti halnya setelah K-9 dibangun Belada dulu?

Saya percaya, secara perorangan, orang Pangkalan cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan. Ketika dulu jalur perdagangan lewat sungai digantikan jalan darat, pengusaha Pangkalan pun mengganti kapal dengan truk. Artinya, mereka tetap pada posisi ekspedisi dan distribusi barang.

Nanti, setelah K-9 generasi kedua rampung, posisi itu pasti akan lebih berkembang. Boleh jadi perusahaan bus milik orang Pangkalan yang pada tutup, akan dihidupkan kembali, tentu dengan model dan pelayanan yang lebih modern.

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan Nagari Pangkalan itu sendiri. Apakah Pangkalan akan tetap jadi nagari pelintasan angkutan orang dan barang?

Selama ini tampaknya memang demikian. Hasil penelitian Dinas PU 2002, membuktikan Pangkalan dilintasi rata 6.800 hingga 11.350 kendaran/ hari. Kendaran itu  mengangkut sekitar 16 juta orang dan 28,5 juta ton barang/ tahun (50% hasil pertanian dan peternakan). Tentu kini dan sepuluh tahun ke depan keramaian kendaran, orang dan barang melintasi Pangkalan tentu akan berlipat ganda. Apalagi jika rencana pembangunan jalan tol Padang-Pekanabaru-Dumai,  jari-jari jalan tol Lintas Sumatera, rampung sekitar tahun 2025.

Fakta ini tentu memperlihatkan posisi Pangkalan sebagai pintu gerbang Sumbar dari Riau akan semakin penting. Tapi, sekali lagi, bagaimana Pangkalan menyikapi posisi tersebut. Musyawarah  pembangunan Pangkalan di rumah kediaman Bupati Alis Marajo tahun 2002 silam mencoba menjawab hal itu. Aacara itu dihadiri sejumlah tokoh masyarakat Pangkalan. Antara lain Anwar Syukur, H. Syakrani,  H. Nizar dan Dr. Muchlis Hasan.

Tokoh-tokoh Pangkalan memahami bahwa Pangkalan memang akan tumbuh jadi sebuah kota. Karena itu disepakati perlunya menyusun tata ruang, kerangka kota sehingga seluruh ruang nagari Pangkalan terintegrasi, terhubung, dan berarti bagi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Dari situ bisa dirinci mana daerah sumber air bersih, daerah pertanian/ perkebunan, daerah pertumbuhan dan pusat ekonomi, daerah pendidikan dan sebagainya sampai pada kebutuhan saluran drainase.

Bupati Alis Marajo kemudian membangun jaringan jalan memperkuat Kota Pangkalan masa depan. Dimulai dengan membangun dan meningkatkan jalan dari Pangkalan ke Kecamatan Kapur IX  hingga di Nagari Gelugur menuju Kabupaten Rokan Hulu. Kemudian jalan dari Pangkalan ke Baluang atau ke Lipat Kain  Kabupaten Kampar.

Setelah Pangkalan tumbuh jadi pusat perdagangan, kota harapan di pinggir Danau PLTA Kotopanjang seluas 140 ribu hektare itu bisa jadi kota wisata. Di Pangkalan bisa dibangun dermaga danau untuk tujuan pelancongan, olahraga dayung, lomba perahu dan olahraga memancing.

Maka, jika tata ruang Pangkalan direncanakan dengan baik dan semua potensinya digarap dengan benar, selain jadi kota perdagangan Pangkalan akan jadi kota wisata dan kota peristirahatan bagi Riau. Dan, ini amat menarik bagi investor membangun hotel, restoran dan objek wisata.

Jadi, kini tinggal bagaimana Pemkab Limapuluh Kota dan Pemprov Sumbar cerdas mengangkat potensi tersebut sehingga Pangkalan memberi peluang peningkatan ekonomi daerah ini. (*)

Teras Utama Padang Ekspres Selasa 21 Mei 2013

Oleh Fachrul Rasyid HF

Sedikit hari lagi ply over alias jembatan layang Kelok Sembilan (K-9) akan rampung. Rencananya bulan Agustus 2013 ini akan diresmikan. Lantas apa yang bisa diraih Pangkalan Kotobaru?

Pertanyaan ini perlu dijawab pejabat, pemuka, dan para ninik mamak di Pangkalan, mengingat dulu sejak akhir abad 18 hingga awal abad 20 Pangkalan adalah pelabuhan terbesar di timur Minangkabau ke Selat Malaka. Setiap mau memasuki bulan Ramadhan, sesuai kesapakatan ninik mamak dan ulama, kapal-kapal milik pengusaha dilabuhkan di Pangkalan. Saat itu anak kemanakan boleh naik dan berlayar di sepanjang batang Mahat. Dari situ kemudian lahir tradisi perayaan “Patang Balimau”

Belanda berusaha menguasai Pangkalan karena mengalahkan Pelabuhan Muara Padang. Untuk itu Belanda mencoba masuk melalui Kuala Kampar menesuri Batang Kampar, dan masuk ke Batang Bahan menuju Pangkalan. Tapi karena sungainya deras dan berhutan lebat, upaya itu sia-sia. Pada 1932 Belanda memutuskan…

Lihat pos aslinya 578 kata lagi

Wabup Limapuluh Kota Asyirwan Yunus Memberikan Bantuan pada Keluarga Korban Kebakaran di Koto Alam


image

image

Keluarga korban kebakaran, mendapatkan kunjungan khusus dari Wakil Bupati Limapuluh Kota, Asyirwan Yunus pada beberapa waktu lalu.Kedatangan Asyirwan Yunus dengan mobil dinas BA 5 C tersebut, disamput dengan rasa haru oleh keluarga korban kebakaran. Kurang dari sepekan pasca kebakaran yang menimpa rumah salah satu warga di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru, korban langsung mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota..

“Kita harap, keluarga tabah atas peristiwa kebakaran ini,” ujar Asyirwan Yunus bersama rombongan Pemkab Limapuluh Kota. Asyirwan Yunus turut meninjau seluruh sudut bangunan yang hangus dilalap api saat kebakaran yang terjadi pada Kamis (7/5) lalu. Usai meninjau seluruh sisi, rombongan dari Pemkab Limapuluh Kota sempat berdiskusi dengan keluarga korban kebakaran serta warga sekitar lokasi yang turut menyambut kedatangan Asyirwan Yunus.

“Kita harap, kedepan warga harus berhati-hati dan selalu waspada terhadap ancaman kebakaran yang kerap menimpa rumah warga. Api bisa saja muncul akibat kelalaian kita sendiri. Tetapi, banyak juga kebakaran akibat hal-hal yang tak terduga, seperti adanya konsletan listrik,” pesan Asyirwan Yunus. Dalam tinjauan tersebut, Wakil Bupati Limapuluh Kota itu sempat memberikan bantuan kepada keluarga korban. Pihak keluarga, turut berterima kasih atas perhatian dari Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota. Terutama kesediaan Asyirwan Yunus untuk datang langsung menjambangi korban kebakaran tersebut.

“Kita ucapkan terima kasih banyak kepada pemerintah dan bapak Wakil Bupati,” ujar pasangan suami istri Edi (56) dan Rafnidawati (44) keluarga korban kebakaran tersebut. Mereka mengungkapkan, kebakaran berawal dari konsletan listrik hingga menghanguskan 2 petak rumah mereka yang saling berdekatan.

Sumber: padangcrime.com

SMP Laskar Pelangi Di Koto Alam


Sebuah tulisan dari web Wahana Alam Hijau [tautan]. Team Goes to School Wahana Alam Hijau Sumatera Barat berkunjung ke SMP 5 Koto Alam Pangkalan Koto Baru untuk mengadakan kegiatan Training dan Motivasi kepada siswa-siswi SMP 5 Koto Alam.

Berikut kutipannya.

mission210 hari berkelililing Gunung Sago, Kelembah dibawah bukit Barisan, Misi kami akan berakhir di sebuah sekolah Manengah Pertama (SMP), di Kecamatan Pangkalan Kabupaten 50 Kota.

Untuk Sampai di sekolah itu, Dari Kota Payakumbuh, Lebih kurang 60 Km, kami mesti melalui Kelok 9 , yang Luar biasa, jalan Layang yang melingkar-lingkar didua sisi bukit dan lembah, jalanan berkelok-kelok yang tidak terlalu lebar, 1 Jam perjalanan kami masuk ke satu jalan kecil, menuruni sebuah lembah bernama nagari Koto Alam, dan Kemudian mendaki sebuah bukit, dengan jalan yang hanya di perkeras dengan beton selebar 2 Meter, akhirnya Team Goes to School berhenti di halaman sebuah sekolah yang sangat sederhana,

Halamannya bertanah merah becek, Lantai sekolah tidak lagi licin, penuh bekas telapak kaki yang mengering berwarana tanah merah, dinding-dindingnya berwarna kusam berdebu, Diruang Guru, kami disambut Guru-guru ..sederhana,berpakaian terlalu sederhana,( Guru-guru disini, hanya 5 Orang yang PNS termasuk Kepala Sekolah yang lain honorer) bahkan ada yang hanya bersendal,Guru bidang studi terbatas, seringkali Guru sejarah mesti mengajar Matematika, Guru IPS merangkap mengajar Bahasa Inggris, ruangan guru hanya satu ruangan 6 x 6 meter, cahaya lampunya terlalu redup, karena kapasitas listrik yang terbatas, ruangan kepala sekolah hanya dibatasi sekat, triplek berukuruan 2 x2 meter, tanpa pintu, disana bertumpukan berbagai Arsip. persis seperti ruangan Guru waktu saya sekolah SD dulu. ruangan kelasnya sendiri hanya terdiri dari 6 Kelas.Udara dipagi hari Begitu Dingin dan menjelang siang Panas.

Murid – murid kelas VII-IX hanya berjumlah tidak lebih 120 Orang, itupun sebagian sering tidak hadir karena membantu orang tuanya memetik buah Gambir di Hutan-hutan kampung, Meja Kursi anak kelas IX memprihatinkan, Kursi kayu tak memiliki sandaran, karena sudah terlepas dimakan usia atau sebab kenakalan Murid, anak Kelas VII dan VIII, lebih memprihatinkan lagi, mereka belajar menggunakan bangku Osin (Istilah Masyarakat setempat) Meja Pendek, Siswa duduk dilantai, itupun sebagian kaki meja suda berpatahan, sehinggau Siswa mesti tengkurap untuk bisa menulis.

mission1

“Di Kampung Koto Alam ini Orangnya keras-keras Karakternya Pak” Demikian Kepala sekolah mulai menjelaskan tentang karakter Anak didiknya,

“Di tengah Masyarakat kami, hanya ada 3 Panutan, yang Pertama “Bagak” (Pemberani/Suka berkelahi), yang kedua Kaya dan yang ketiga Bagak dan Berani, sehingga mereka tidak terlalu suka bersekolah, karena Panutan mereka terlalu Sederhana, dan itu sudah terbentuk semenjak dahulu, mungkin karena lingkungan yang berada di lembah-lembah diantara perbukitan, sehingga mereka jarang mengetahui, jadi kalau kami di sekolah ini, harus keras kepada mereka, kalau tidak guru akan disepelekan”

Begitulah sang Kepala sekolah membeberkan persoalan yang mereka hadapi.

Anggota team kami saling melirik dan berbisik, Mampu nggak menghadapi tantangan ini.

Awal kegiatan, acara di buka kepala Sekolah, persis yang beliau katakan, (Kali ini peserta bukan hanya kelas IX tapi juga kelas VII dan VIII, ) terlebih dahulu diabsen, yang hadir tidak lebih dari, 80 Orang, 40 Siswa lainnya, mungkin sedang Memecah Buah gambir, atau mencari Kayu dihutan…Kepala sekolah bicara dengan keras dan mengancam Siswa ..agar mereka mengikuti Program ini dengan tertib, tapi suara gauangan.seperti suara lebah tetap saja beredar..mereka terus saling bicara dan berbisik, beberapa anak mulai gelisah karena ruangan yang sempit (hanya satu kelas) dan tidak cukup kursi untuk duduk, sebagian menarik meja hingga kakinya menghadap kami, lalu di jadikan Kursi mereka, Sungguh Tantangan yang menarik,

mission

Untuk pertama Kalinya kemeja kami basah, oleh keringat Udara menjelang Siang seakin Panas, Dasi yang melilit leher serasa mencekik, wajah kamibercucuran keringat” Salah satu teman berbisik,”Sudah Putarin Banyak Film saja”biar kita bisa mengatur nafas,”Saya berbisik lagi kemereka “Sabar..Ini menarik bagaimana mereka bisa kita robah hanya dalam tempo 3 ,5 Jam” terus kan program seperti biasa.

3,5 jam kemudian (Setelah anak kelas VII dan VIII ) di pulangkan, kami teruskan dengan Kontrak diri, Menyusun Konsep Diri dan mengevaluasi Diri…Anak-anak Koto Alam yang Berkarakter keras itu, Banjir Air Mata, Laki-laki jagoan, Perempuan Keras..Menangis dengan dengan pilu, ketika menyadari begitu banyak kealpaan diri mereka, Begitu banyak waktu yang tersia-siakan karena Keangkuhan, Guru dan Kepala sekolah tertunduk haru, linangan Air mata bermain dimata mereka,

Di Akhir Program, anak-anak yang mesti di bentak itu, agar mau mendengar Guru, datang kepelukan Guru-guru mereka, Memeluk dengan erat, tangisan yang tak juga mampu di bendung, mengucapkan Maaf yang takterhingga, dan tekad untuk merubah diri mereka agar menjadi, Anak Koto Alam yang terbaik.

Penutup.

Agar mau Didengarkan, Tak perlu bersuara Keras
Agar anak mau berubah, jangan Paksa mereka
Anak-anak Koto Alam Pangkalan Tak Perlu kami bentak, Kami hanya Menyentuh hatinya. Insya Allah telah berubah.
Dari Lembah Koto Alam
Team “Goes To School Wahana Alam Hijau Sumatera barat”
Terimakasih telah mengikuti perjalanan kami, kita sambung lagi pada next mission

Terimakasih, Team Wahana Alam Hijau Sumatera Barat, Teruslah Terbang
“Salam Sukses”