Siswa SMP Koto Alam Terlantar


Menanggapi berita Harian Singgalang tertanggal 1 Mei 2012 yang lalu, yakni memberitakan tentang kondisi belajar mengajar di SMP 5 Pangkalan, SMP kebanggaan masyarakat Koto Alam. Betapa kita ikut taburansang membaca berita tersebut. Dikabarkan bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota, Desri, beliau secara mendadak berkunjung ke SMP yang susah payah kita perjuangkan itu pada tanggal 30 April 2012. Beliau sangat terkejut menyaksikan empat ruang kelas dimana para siswanya ditinggal belajar sendirian, sementara gurunya pergi terbang entah kemana. Parahnya lagi, setelah dilihat ke kantor majelis guru, yang didapati beliau justru oknum pendidik yang mengamek-ngamek saja. La ilalah.

“Pola belajar kurikulum berbasis kompetisi bukanlah seperti itu. Kok bisa-bisanya guru mangamek dan duduk santai di dalam kantor. Lalu anak-anak dibiarkan terlantar,” aku Desri saat memberikan laporan ke Wakil Bupati Asyrwan Yunus, saat minum kopi di sebuah lapau warga, kawasan terminal Pangkalan Koto Baru. “Bahkan, di SMP 5 tadi, saya tidak menemukan toilet,” sambung Desri. Nde ondek, bapo ajak’a ge, kok tasosak cik murid de mungkin kabalakang somak ajo le baojan.

Kepada para oknum guru yang main-main, bahkan meninggalkan murid belajar di dalam lokal, Kadisdik langsung memberikan peringatan keras. Kepala sekolah ikut dimintai keterangannya dan di-interview Kadisdik saat itu juga. “Kalau sekali lagi masih seperti ini, maaf saya akan mengevaluasi. Tidak mungkin lagi saya toleransi,” tegas dia.

Kita sebagai masyarakat Koto Alam merasa miris dengan kondisi ini. Remaja-remaja kita yang menimba ilmu di SMP itu tidak dilayani sebagaimana mestinya. Bagaimana pendapat dunsanak mengenai hal ini, semestinya Pak Oncu-Pak Oncu wak, Mamak-mamak wak, Udo-udo jo Ongah-ongah wak nan anaknyo basakolah disitu berhak memprotes pelayanan pendidikan yang tidak standar di SMP itu. Jangan kita hanya diam dan menerima saja. Nagari ini sudah jauh tertinggal, kita tentu tidak mau anak-anak generasi penerus kita menjadi sukar bersaing dengan dunia luar karena rendahnya kualitas pendidikan mereka. Pemerintah nagari pun hanya bungkam saja tampaknya.

Komentar salah seorang perantau kita menanggapi hal ini menuliskan sebagai berikut di facebook,

“Bueklah posting ka Dinas pendidikan de, bahwa kito protes ka kapalo sakolah tu, kito tidak rela generasi kampong kito ditelantarkan supo itu sajo, kito ingin generasi kampong kito pintar-pintar, kalau supo itu towi, buktikan nantinyo, pasti kabanyakan lulusan dari sakolah tu dapek NEM pas-pasan sajo, tembuskan juo posting tu ka anggota DPRD, kan ado anggota DPRD ughang kampong awak, apo sajo kojo anggota DPRD deh ???, hal nan supo ikolah nan mesti mereka kontrol/perhatikan.”

Kenyataannya memang benar, setelah dua angkatan siswa yang lulus di SMP itu, belum pernah kelulusan mencapai 100%, NEM mereka pun sangat mengecewakan, sehingga menyebabkan mereka sulit menyambung ke SMA-SMA favorit di sekitar Payakumbuh dan Limapuluh Kota, kebanyakan hanya diterima ke SMA/SMK swasta. Yang lulus tahun ini entah bagaimana pula hasilnya. Salah seorang tetangga dekat rumah saya yang pernah bersekolah di SMP itu memutuskan untuk pindah ke SMP di Payakumbuh pas dia naik kelas tiga kemarin, katanya dia takut tidak akan lulus UN jika tetap juga belajar di SMP tersebut. Wah wah wah… siswanya saja cemas belajar disana.  Apakah para pendidik di sekolah itu tidak mampu mengajar siswanya? Entahlah.

Ha, Ombak-ombak atau kawan-kawan nan lah mangetahui berita iko, bapo kigho-kigho?

3 Tanggapan

  1. yo ti baitu….kalau dapek mghilakito basamo-samo memajukan smp ughang awak tu jan di palopeh ajo….ibo wak.!

    Suka

  2. Pindahan se guru-guru ti sado’e, tuka jo ughang awak…

    Suka

Tinggalkan komentar